Sabtu, 15 Oktober 2011

Langgar Dhuwur Boharen, Kotagede


Langgar Dhuwur Boharen, Kotagede

Langgar Dhuwur tampak belakang
Langgar Dhuwur tampak belakang
Masyarakat Kotagede yang religius tercermin dari kehidupan sehari-hari mereka.
Nafas-nafas religi yang begitu kuat ini bisa dimaklumi karena Kotagede merupakan salah satu basis organisasi Muhammadiyah sejak dulu.
Masyarakat Jawa jaman dulu yang terkenal memegang teguh tradisi dan ajaran Kejawen yang banyak bernuansa klenik, di Kotagede justru banyak ditinggalkan dan banyak memegang nilai-nilai keagamaan.
Selain terlihat dari kehidupan sehari-hari, kereligiusan itu bahkan bisa terlihat dari corak dan fungsi beberapa bangunan tua yang ada di sini.
Banyaknya masjid, mushola, dan langgar yang berada di kawasan ini merupakan perkembangan yang cukup pesat. Konon dulu, masjid dan tempat ibadah seperti ini amat sangat sedikit.
Masjid hanya ada di lingkungan kraton yang tentunya kapasitasnya ndak mencukupi untuk menampung jamaah.
Maka kemunculan masjid, mushola, dan langgar kecil di seputaran kawasan ini tentu menjadi solusi untuk mengatasi ketidakmampuan Masjid Gede menampung jamaah.
Tentunya menelusuri keberadaan masjid, mushola, atau langgar tua di kawasan ini akan sangat menyenangkan.
Salah satu yang kami temukan adalah keberadaan Langgar Dhuwur yang berumur sangat tua dan langka.
Langgar Dhuwur sendiri merupakan bentuk bangunan yang ndak lazim terutama di dalam arsitektur rumah Jawa.
Langgar ini terdiri atas konstruksi kayu yang berada di atas bangunan tembok. Biasanya letak langgar ini berada di pekarangan rumah sebelah depan sisi barat.
Penempatan depan-barat rumah utama ini mempunyai maksud tertentu. Bagian depan dianggap merupakan bagian yang suci dan terhormat. Sedangkan barat tentunya menyesuaikan dengan arah kiblat.
Peletakkan langgar berada di atas (dhuwur dalam Bahasa Jawa) juga mempunyai maksud untuk meninggikan proses ibadah manusia kepada Tuhan Yang Maha Tinggi.
Keberadaan Langgar Dhuwur macam ini dulu cukup banyak. Pemilik Langgar Dhuwur ini biasanya orang-orang dari kalangan tertentu karena tentu saja ndak semua orang mampu membangun langgar ini.
Langgar Dhuwur tampak depan
Biasanya satu langgar ini digunakan oleh masyarakat satu kampung. Yah, digunakan bersama gitu deh.
Letak langgar-langgar ini melingkari Kraton dan Masjid Agung Mataram Kotagede.
Formasi ini konon kemudian diaplikasikan pada formasi masjid-masjid “pathok negara” yang mengelilingi Kraton dan Masjid Agung Yogyakarta.
Namun dari banyaknya langar-langgar ini hanya satu Langgar Dhuwur yang berhasil kami temukan. Itu pun saya dan Didit harus mengerahkan seluruh kemampuan ndoyok kami.
Dengan berbekal secuil informasi, kami pun mulai menyisir dan menjelajah tiap jengkal daerah di Kotagede.
Menyusuri lorong-lorong sempit bak labirin, dengan tetep istiqomah dan kaffah, akhirnya kami menemukan langgar ini di Kampung Boharen, Kotagede.
Terima kasih kepada warga Kotagede nan ramah yang dengan senang hati menawarkan bantuan begitu melihat tampang kami yang kebingungan karena tersesat.
La bayangkan, belum sempet kami bertanya, mereka malah bertanya duluan, “mau ke mana, mas?” atau “cari siapa, mas?”. :top
Kampung Boharen sendiri konon dulu merupakan tempat tinggal salah satu ulama terkenal bernama Kyai Buchari.
Nama Boharen muncul karena lidah orang Jawa yang agak melintir ketika menyebut “Buchari” menjadi “Bohari”. Nah, nama kampung pun berubah menjadi Boharen.
Langgar Dhuwur yang kami temukan berada di dalam perkarangan rumah keluarga Charis Zubair yang juga merupakan kantor sekretariat Pusat Studi Dokumentasi dan Pengembangan Budaya (PUSDOK) Kotagede.
Namun sayang, ketika kami ke sana, rumah tersebut sepi karena menurut tetangganya, Pak Charis sedang tidak di rumah, sehingga kami ndak bisa masuk ke dalam.
Melihat keadaan langgar ini, kami sangat takjub sekaligus prihatin. Kesan “angker” pun sempat terbersit karena mungkin kondisi fisik dari bangunan yang kurang terawat.
Alhamdulillah-nya lagi, langgar ini masih berdiri kokoh dan ndak roboh karena gempa 27 Mei dua tahun lalu.
Semoga saja peninggalan semacam ini masih dapat terawat dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar